Selasa, 12 Maret 2013

semata wayang






Linda Lidiya
Semata Wayang
Perjalanan Hidup Gadis Sunda











Cerita ini kupersembahkan untuk orang tua,
 dan sahabat masa kecilku.
Cerita ini tentang masa kecilku yang
dibesarkan ditanah sunda.












Masa kecil adalah masa yang indah menikati dunia tanpa rasa pusing, hidup memang banyak rintangannya namun kita sebagai manusia harus bisa melewati setiaP ujian yang datang, karna dibalik sebuah masalah tersimpan kebahagiaan yang belum terbongkar.








Ibu adalah kekuatan

Aku adalah gadis yang terlahir di tanah sunda orang tuaku semuanya asli sunda yaa sunda memang tanah kelahiranku budayaku dan hidupku, aku lahir di kampung yang tidak semua orang mengenali nama kampungku memang kampungku terpencil namun orang tuaku berusaha keras agar aku bisa bersekolah.
Pagi itu di masa kecilku ketika berumur empat tahun orang tua  mendaftarkanku masuk TK, dulu tidak semua anak seusiaku yang berkeinginan untuk sekolah TK anggapannya tidak penting dan hanya membuang-buang waktu saja karna sekolah TK harus diantar oleh orang tua. Namun ibuku tidak seperti ibu lainnya ibu selalu bersemangat untuk mengantarkanku sekolah dari pagi hingga siang. Aku bersekolah TK di AL-Islah Bobos Cirebon disana aku giat belajar bersama teman-teman, menurut ibu aku adalah anak yang cengeng. hehehe selalu cepat nangis entah kenapa namun ibu selalu memujiku dan tak lelah memberiku semangat agar aku tetap  bersekolah.. hmmm ibu memang kekuatan tersendiri buatku keringat ibu rasa sabar ibu setiap harinya tak mungkin aku balas, aku memang beruntung mempunyai ibu sepertinya aaahhh susah di jelaskan memang bagaimana rasa sayangku terhadap ibu.
Aku memang selalu diperlakukan berbeda dari anak lainnya karna aku adalah anak semata wayang ada enak ada tidak enaknya jadi anak semata wayang selalu merasa sepi karna di rumah hanya sendiri tidak ada teman bermain selain ibu dan bapa, aku sering kali bertanya kepada ibu kenapa aku tidak punya kaka atau adik.
Bu kenapa aku sendiri kenapa ibu tidak buat bayi lagi?? Ibu hanya menjawab sambil tersenyum “na buat anak itu tidak gampang seperti yang kamu inginkan anak itu titipan tuhan, dan jika ibu dipercaya lagi oleh tuhan kamu akan punya adik. Punya kamu saja ibu sudah bersyukur karna tidak semua wanita bisa mengandung”.

1


Dari itu saya jadi tau arti seeorang anak di mata ibu yang melahirkanku, namun aku sempat kesal dengan omongan warga yang sering kali berucap kalau aku ini anak manja aaarrrgghhh kesal sekali ingin aku memarahi orang-orang itu namun ibuku melarangnya ibu memang luar biasa kesabarannya, aku hanya bisa diam dan membuktikan kepada orang-orang itu sekalipun aku anak semata wayang namun aku bukan anak manja yang bermalas-malasan seperti anak pada umumnya.
 Setiap pagi ibu mengantarku ke sekolah melalui jalan sawah yang cukup jauh, yaah jaman dulu jarang sekali kendaraan terutama jarak dari rumah ke sekolahku lumayan jauh ibu dan aku tidak pernah lelah walaupun setiap harinya harus melewati jalan setapak itu walaupun hanya berbekal uang yang tak seberapa dengan membawa setepak nasi dan membawa sebotol minum air putih yang berbentuk boneka lucu memang dengan membawa tas bergambar twitty jaman dulu bangga sekali rasanya memakai tas seperti itu. aku memang anak yang pemalu dan pendiam, sesampai sekolah aku duduk dibangku mungil bersama teman-teman yang kebenyakan dari mereka adalah orang berada sedangkan aku hanyalah orang biasa-biasa saja namun tekadku dan ibu tidak berhenti melahkah dan tidak minder dengan keadaan keluerga kami dimata ibu semua manusia adalah sama.








2




Semangat Gadis Sunda
Selama dua tahun aku bersekolah TK akhirnya lulus juga, lalu aku melanjutkan sekolahku ke SDN Lengkong Wetan II didaerah Majaelengka. Kata ibu aku adalah anak yang malas sekali bangun pagi.. heehee entahlah kenapa setiap hari berangkat sekolah aku selalu harus dibangunkan bermalas-malasan di kamar walaupun niat untuk sekolah sangat menggebu.
Hari ini memang hari pertamaku masuk sekolah SD. Bersama dua temanku iin dan ima mereka adalah sahabat keciliku setiap pagi kami berangkat sekolah bersama, ohh ya aku hampir lupa iin ia masih sodaraku setiap pagi iin selalu setia menungguku depan rumah untuk siap berangkat dan ima ia adalah tetanggaku.
 Pukul 06.20 aku dan iin siap berangkat untuk sekolah dengan memakai baju kebanggaan Negara kita merah putih disertai sepatu bermerek NB. HAHA lucu memang jika mengingat kenangan itu kami berangkat menuju rumah ima untuk berangkat bersama dan kami bertiga menuju masjid bisa dibilang masjid itu adalah tempat dimana anak kampungku berkumpul setiap paginya untuk berangkat sekolah bersama.
Dulu kebersamaan memang sangat erat tidak ada yang namanya individual susah senang bersama, kami berangkat bersama melalui jalan setapak yang hanya cukup dilewati oleh dua kakiku sungguh miris keadaan itu beruntui-untui kami melintasi jalan setapak itu jika dilihat dari jauh mungkin orang mengira gerombolan anak sekolah ini seperti kereta yang melaju melewati rel yang lurus.
Dengan keadaan sepatu yang kotor oleh tanah-tanah sawah terkadang membuat kami merasa minder sesampai sekolah melihat teman-temanku yang lain yang memakai sepatu bersih tanpa ada sisa-sisa tanah sawah yang kotor.

3


…’’jangan pernah minder karna sepatu kotor pedee aja kali dott” ujar iin
Aku memang selalu dipanggil dott oleh teman-temanku itu karna namaku linda diperjelekan jadi lindot dan di ambil belakangnya saja menjadi dot, terima saja dipanggil seperti itu selagi nama itu membuat hidupku lebih dikenal orang…. Hehe
Perasaanku tak karuan dihari pertama masuk sekolah ini yang kukenal disini hanya iin dan ima hari pertama ini memang sangat mengesankan bisa bekenalan dengan banyak teman, hari demi hariku lewati di sekolah ini setiap hari melewati jalan setapak, saat musim hujan kami bertiga berlari-lari dari sekolah menuju rumah yang melewati jalan raya dan jalan setapak itu dikala hujan dan kami tak membawa payung kami bertiga hujan-hujanan tak memikirkan akan sakit yang kami pikirkan hanya ingin pulang ke rumah.
Dengan berbekal kantong pelastik aku masukan buku-bukuku agar tidak basah. Di pinngir jalan raya kami berteduh karna kami takut akan petir dan kendaraan truk yang melintas kami kedinginan menggigil hujan yang deras itu membuat kami basah kuyup, namun kami tidak pernah mengeluh tidak ada raut wajah yang sedih kami hanya bisa tertawa-tawa menikamti derasanya hujan. Jika dipinggir jalan ada pohon pisang kami pun mengambil daun pohon pisang itu sebagai pengganti payung, satu buah dahan pisang itu berusaha melindungi kami bertiga dari derasnya hujan dijalan setapak kami terpaksa tidak menggunakan daun pohon pisang itu karna kami tidak bisa berjalan bersama, setiap hujan kami selalu mebuka sepatu agar sepatu itu bisa dipakai untuk besok dengan membawa sepasang sepatu di tangan kiri dan kantong pelastik di tangan kanan kami berlari melewati jalan setapak itu sambil bercanda gurau, memang indah masa-masa itu.
Ketika musim panen di kampungku tiba aku, iin dan ima setiap pulang sekolah segera bersiap-siap untuk mencari jamur ditumpukan-tumpukan jerami yang sudah membusuk kami bertiga terus mencari jamur itu tak peduli badan kotor penuh tanah sawah taka da rasa lelah dibenak kami dari siang sampai sore kami mencari jamur ditumpukan-tumpukan jerami setelah dapat kami langsung pergi ke sungai untuk mandi dan membersihkan jamur-jamur yang diperoleh walaupun jamur yang kami dapat hanya sedikit saja namun

4

kami tidak menilai itu yang ada di benak kami hanya kebahagiaan.
Aku pun langsung pergi ke rumah memanggil-manggil ibuku untuk segera memasak jamur yang aaku peroleh ibuku sangat senang melihat aku  girang mendapatkan jamur secuil itu jamur disawah itu memang lebih enak rasanya di bandingkan jamur yang ada dipasaran begitu nikmatnya jamur itu rasa lelah tidaklah aku rasakan.
Hidupku memang berkecukupan untuk makan kesehariaanku dan aku pun mensyukurinya karna masih banyak orang diluar sana yang tidak bisa makan.









5

Kebersamaan
Bunyi lonceng sekolah yang terbuat dari besi itu berbunyi tengtong tengtong hingga tiga kalinya menandakan bahwa waktu masuk sudah dimulai, sebelum masuk anak-anak SDN Lengkong Wetan II berjejer didepan pintu kelas untuk diperiksa kebersihan dan kerapihan baju. Sekolah ini memang terampil, rapih dan berusaha menjadikan anak didiknya menjadi anak yang rapih dan terampil, setelah selesai kami pun duduk dan berdoa sebelum pelajaran dimulai. Berlomba-loba mendapat nilai bagus berlomba-lomba untuk menjadi anak yang pintar dikelas semangat juang ketika itu memang sangat luar biasa, ketika waktu istirahat aku dan teman-teman selalu bermain umpet umpetan,, ada yang tau g mainan kayak gitu,, itu loh yang kita harus bersembunyi dan siapa yang kalah harus mencari dimana sipemenang bersembunyi, lari-lari mengelilingi kampung Loji sampai-sampai kami lupa akan waktu istirahat yang telah habis. Loji adalah singkatan dari lengkong wetan nama Loji memang lebih banyak dikenal dibandingkan nama aslinya ntah kenapa aku pun tidak paham dan tidak tau asal-usul kata itu. Ibu yayah guru kelas kami sampai marah-marah gara-gara tingkah anak kelas  karna sering menghabiskan waktu istirahat untuk bermain keluar dari lingkungan sekolah, saking tebelnya telinga kami, kami tidak pernah mau mendengar ocehannya ibu yayah.. hehehe nakal sekali memang sampai-sampai ibu yayah sudah bosan menasehati kami…
Aku duduk bersama maya, maya adalah anak yang pintar dia berbakat saudararnya seorang guru yang mengajar di SD kami, maya adalah anak yang baik dia cantik tinggi dan berkulit putih kedekatanku dengan maya memang bisa dibilang begitu dekat bahkan aku sering kali main di rumah maya seperti sudah di anggap sodara sendiri saja, ibu maya memanng hebat ia terus menyekolahkan anaknya walaupun suaminya sudah tidak ada, makanya aku salut dengan sosok maya yang ramah, baik dan pintar beruntunglah aku bisa duduk bersama maya. I Miss Maya Meylantika. Hehehehe
Dikelasku ada duabelas wanita semuanya aku akrab kemana-mana bersama main bareng

6

sampai nangis bareng. Eeh engga juga kali ya.. hehhee
Dina termasuk anak yang paling pintar di kelas dia pun baik dengan berambuut yang ikal tapi teetep manis ia sukanya memakai rok merah yang bergaris-garis yang kelihatannya menjadi lebih lebar,, hihihi ia suka bawa botol minuman panjang bewarna kekuning-kuningan,, yang paling lucu dikelasku adalah dea dan tita mereka sama-sama gemuk sii hihi kalo tita itu percis banget deh sama si tinaton tinggi gemuk putuh mukanya buleedd iii pokonya unyu-unyu deh,,, hahha kalo si dea dia gemuk cuman dia pendek dan berkulit sawo matang rambutnya itu loh yang menjadi ciri khas dia yang mirip banget sama dora.. hahaha ya maklumm si kan dulu jamannya doraa…wkwkwkwk yang buat salut sama si dea itu dia sangatt pandai melukis sampai-sampai dia ikut lomba melukis se kabupatenn ya walaupun kalah,,,, ckckckckck aku salut karna aku sendiri pun tidak tau baktnya dalam hal apa,, ahh sedihh dehh .. huhuhu defi ia adalah sodaranya si dea si defi dia itu lucu kalo senyum buat orang tertarik abis senyumnya defi membahana sekaliii,,, wekwekwek
Naaah lohhh gimana kaloo temanku si evi, aas, selvi, aisah sama eri huuaaaahhh dikelas yang paling rempong bisa dijuluki miss rempong itu si eviana putri bawaanya ribet banget deh tuh orang makanya tanpa dia suasana enggga rame, lawaanyaa si evi itu si aisah kenapa coba kenapa???? Hohhhhhhoho karna si aisah itu mulutnya bawel kalo ngomong pasti suaranya membahana..  pokonya si  kelasku ini kelas paling komplit macem-macem sikaf ada disini. Itulah yang membuatku kangen dengan sekolah itu semua bisa membuatku menjadii sebuah dorongan besar agar masuk sekolah ini.






7



ketegaran
Kejadian ini tak ku kira sebelumnya pada saat bulan mulud sekolahku mengadakan lomba membuat nasi tumpeng aku beserta temanku membuat nasi tumpeng itu bersama-sama dan kami putuskan untuk menginap di rumah maya karna rumah maya dekat dengan sekolahku.
Sepulang sekolah aku bersma teman lainnya menuju rumah maya unuk mencatat bahan apa saja yang harus di beli setelah semua nya selesai kami putuskan yang berbelanja adalah orang tua maya. Aku dan teman lainnya beranjak pulang, setelah sampai rumah aku segera beristirrahatt makan dan tidur siang, sorenya aku harus ke rumah maya kembali dan aku berangkat diantar oleh bapa dan ibu di perjalanan keluarga kecil ini begitu bahagia walaupun hanya menaiki motor supra jadul. Tidak lama kemudian aku pun tiba dirumah maya sebelumnya aku beum pernah menginap di rumah teman aku termasuk anak yang suka diam dirumah untuk menemani ibu. Orang tuaku beranjak pergi walaupun mereka tidak ingin aku menginap.
Kejadiaan tragis pun dimulai sepulang mengatarkanku orang tuaku kecelakaaan aku sempat kaget pingsan dan menangis aku tidak percaya mendapat sms dri orang tuaku yang mengabarkan bahwa mereka kena musibah.
Denga rasa kaget badan ini serasa tidak ada tulangnya lesu dan sangat lesu aku tidak terima akan takdir seperti ini aku taku aku takutt dan aku sangat takitt kehilangan kedua orang tuaku, aku pun beranjak pulang diantar ibunya maya untung keluarga maya baik bersedia mengantarku pulang kerumah sepanjang jakan aku hanya bisa menangis tak henti-henti.
Sesampai di kampung badaku makin terasa lemas banyak orang-orang berkumpl saudara-saudaraku sudah berkumpul aku tak tau harus berbuat apaa saudaraku yang biasa aku

8


 panggil uwa emit ia memelukku menenangkanku dan menyusut air mataku, lalu aku bertanya “bagaimana keadaan ibuku dimana ibuku aku ingin ketemu ibu” sambil menangis tak henti banyak orang yang mengelilingiku melihatku menangis aku benci keadaan seperti itu lalu uwa berkata “ibumu baik-baik saja, ibumu ada di rumah sakit majalengka” aku belum tenang aku merengek-rengek ingin di pertemukan dengan orang tuaku, ada orang berkata bapaku tidak kenapa-kenapa tapi ibu yang harus dioprasi karna matanya rusak tangisanku makin menjadi kenapa aku tidak dipertemukan orang tuaku melangku ikut menjenguknya aku hanya diperbolehkan diam dirumah.
Keesokan harinya warga kampungku mau menjenguk orang tuaku di rumah sakit Cirebon karna alat medis di rumah sakit majalengka kurang memadai aku tak henti-hentinya berdoa agar orang tuaku baik-baik saja, sesampai di rumah sakit aku segera ke kamar rawat diteman dengan uwa di situ ibukuu terbaring lemah ditemani oleh bapa yang sedang duduk disampinya aku memeluknya ibuuuuuu kenapa mata ibuku ditutup perbannn ya tuhhhaaaannn kenapa ibuku???? aku menangis dipelukan bapa aku minta penjelasan kenpa mata ibuku tertutup tuuhhan tegarkan aku. Aku pun menangis…..
Ternyata  siang ini ibu harus segera dioprasi aku kaget mendengar kabar ini walaupun mata ibu tertutup perban putih aku tau ibu bisa mendengar dan di balik itu aku tau ibu menangis aku tau ibu tak suka aku menangis aku berusaha tegar wlau tak bisa aku harus berhenti menangis agar ibuku tak menangis. Sekitar  Pukul 02.30 ibu dibwa ke ruang oprasi serba hijau itu, aku, bapa dan saudara menunggu depan pintu ruang oprasi itu aku hanya bisa berdoa agar oprasi berjallan dengan baik.
Tuhan jaga ibuku
Ijinkan ibu melihat aku kembali
Aku ingin melihat dua bola mata indah itu
Tuhan aku tak sunggup

9

Jika mata ibu selalu tertutup
Aku mohon tuhan
Berikan yang terbaik untuk ibu
Aku menyayanginya
Doa dan dooaa itulah yang aku ucapp dari lubukkk paling dalam, waktu terusllah berputar aku tak henti memandang pintu ruang oprasi itu pintu itu terbuka yaa pasti oprasi sudah selesai susterpun keluar lalu ibu yang terbaring di atas kasur dorong dengan mata masih tertutup perban putih memakai baju biru rumah sakit menuju ruang rawat dari belakang aku dan bapa mengikutinya menuju ruang rawat ibuku berbaring tanpa ada kata keluar satupun aku duduk di samping ibu aku memegang tangannya aku rindu belaiiannya aku rindu omelan ibu ternyata itu semua membuatku rindu akan ibu berapa jam ibu tak sadar aku terus-terusan berada di samping ibu menungguu ibu sadar.
Malam pun tiba akhirnya ibu sadar iya bisa berbicara susterpun membuka mata kanan ibu Alhamdulillah ibu masih bisa melihatku tinggal menunggu mata kirinya menurut dokter mata kiri ibu pelipihnya sobbek tapi Alhamdulillah tidak menyebabkan kebutaan hanya mata ibu akan terlihat kecil dan terus berair. Syukur lah aku senang mendengar kabar itu ibu pun mengelus-ngelus rambutku ibu memang sangat menyayangiku.
Selama seminggu ibuku dirawat dan selama itu aku tidak masuk sekolah aku tidak mau meninggalkan ibu walaupun ibu dan bapa menyurhku untuk masuk sekolah tapi aku tidak mau, sekitar  jam dua siang ibu harus pulang walaupun menurut dokter ibu masih memerlukan perawatan apa daya biaya rumah sakit terus melonjak bapa tak mampu membayar uang rumah sakit terus-terusan yaa kondisi keluargaku memang seperti ini tidak seperti orang lainnya kejadian ini menjadi sebuah dorongan untuk menjadi orang  sukses.
Keesokan harinya aku bersekolah seperti biasa setelah kejadiaan itu semangat sekolahku makin meninggi aku makin giat ini semua demi orang tuaku aku ingin membuat

10

mereka bangga.

Gunung Batu
Banyak yang mengatakan bahwa Cirebon itu kota berintan sedangkan aku sebagai orang Cirebon tidak merasakan hal itu yaa mungkin kkarna tempat tinggalku yang jauh dari kota maklumlah aku ini anak perbatasan antara Cirebon dengan Majakengka, orang mengenal bahasa orang Cirebon itu jawa tapi tidak untuk kampungku. Orang-orang dikampungku semuanya berbahasa sunda mungkin karna lebih dekat dengan Majalengka makannya orang kampungku semuanya berbahasa sunda.
Sekeliling rumahku dikelilingi oleh gunung-gunung dan pesawahan salah satu gunung disamping kampungku itu gunung kuda. Dulu gunung kuda sangatlah indah walaupun menurut ibu gunung itu berisi tumpukan-tumpukan batu tapi pohon-pohon subur menutupi batu-batu didalamnnya udara di kampung ini memang masih alami belum adaa pencemaran semuanya masih bersifat alami, pagi hari jika aku membuka jendela kamar terlihat olehku matatahari terbit matahari yang indah dengan sejuta senyuman untuk memulai hari dengan kicauaan burung yang terus berkicau ohh sejuknya udara kampung ini jauh dari keramaian membuat pikiran semua orang tenang.
Jika malam tiba kampung ini begitu sepi semua orang sudah tidak ada yang diluar hanya terlihat lampu-lampu bercahaya kuning yang menerahi rumah-rumah waarga menandakan bahwa sipehuni itu ada, malampun makin larut suara jangkrik dan kodok darii luar sangat ramai mereka sudah seperti teman tidurku setiap malam.
Sawah yang menjulang luas didepan kampungku membuat hampir semua warga turun menjadi seorang petani, ketika musim panen tiba mereka semua menuju sawah dengan berbekal cangkul, dan arit pekakas untuk disawah beruntui-untui bersama sang istri yang setia menemani seuaminya dengan membawa ketel dan makanan sebagai bekal mereka di sawah.
Memang mata pencaharian dikampungku ketika itu dari hasil panen yang mereka peroleh selebihnya hasil pncaharian mereka dari kebun yang berada digung belakang dan samping kampung.
Gunung dibelakang kampung banyak sekali ditanami pohon pinus, pohon pinus itu tak lain milik orang asing yang menyewa tanah ke pemerintah. Setiap pulang sekolah aku dan ibu sering sekali pergi ke kebun pinus untuk mengambil ranting-ranting yang jatoh dari pohon pinus untuk dijadikan kayu bakar dirumah sebagai alat untuk memasak nasi, air dan sebagainya, bukan hanya itu aku dan ibu mempunyai tanamai cabe dan kopi di kebun kami sering melihat perkembangan tanaman kami.
Saat itu cabe dikebun kami sudah saatnya dipanen aku dan ibu pagi sekali siap berangkat menuju kebun tanaman cabe dengan berbekal air dan nasi secukupnya utuk makan kami dikebun, lumayan jauh antara jarak rumah dan kebun namun kaki kami sudah terbiasa untuk menaiki gunung taka da rasa lelah, setelah sampai di kebun cabe kami beristirahat terlebih dahulu setelah itu kami segera memetik satu persatu cabe yang sudah matang, ketika matahari sudah tak Nampak kami segera berkemas untuk pulang, banyak sekali suara monyet yang mengetahui adanya kami aku selalu bilang kepadaa ibu bahwa aku takut, ibu selalu menjawab dengan sikaf keibuaanya itu tidak apa-apa selagi kita tidak mengganggu semuanya akan baik-baik saja. Begitulah jawaban itu yang mampuh menenangkan dan membuang rasa takutku, kami segera pulang dengan membawa sekantong cabe yang didapat. Setelah sampai rumah ibu taka da rasa lelah ibu langsung membereskan cabe itu dan dibungkus menggunakan daun pisang untuk dijual, setelah semuanya beres ibu menyuruhku keliling kampung untuk menjual cabe yang baru saja aku petik dari kebun, tanpa ada rasa malu dan kepedean yang kuat aku mendatangi satupersatu rumah warga sambil berucap
“cabbbeee caabbbbeee maleser henteu yeeuuuuhhh” … hehehhe
Cabe itu hanya dihargai lima ratus rupiah perbungkusnya memang tidak seimbang dengan keringat aku dan ibu, namun ibu tidak pernah mengeluh itu lah yang membuatku terlahir menjadi anak yang kuatttt, ibu memang luar biasa. I Love emihhhh …
Ketika itu gunung batu yang indah yang banyak ditumbuhi pepohnan yang hijau sekarang semuanya berubah banyak orang yang tau bahwa gung guna itu gunung batu  yang mampu dijadikan triliyunan uang, informasi itu sama saja memberi banyak kesempatan kepada orang orang kaya untuk menyewa gunung batu itu untuk diambil batu batunya dan dijadikan untuk pembuatan semen, keramik dan aneka hiasan batu lainnya. Sekarang daerahku terkenal sebagai daerah penghasil batu sudah banyak orang mengetahui hal itu semakin lama semakin banya para kontraktor bolak balik ke gunung batu sudah taka da lagi kata indah sudah tak ada  lagi namanya udara sejuk semuanya sudah hilang. Aku bennncciiii perubahan itu banyak mobil-mobil besar, truk yang bolak balik untuk mengangkut batu untuk diolah, banyak sekali debu berkeliaran akibat proyek itu suara bising mulai mengganggu banyak sekali pabrik-pabrik suaranya membuat penduduk tidak nyaman, aaaaaahhhhh andaikan aku miliyarder mungkin akan kubeli gunung itu agar tetap utuhhhh. Sekarang warga kampung sudah beralih dari petani menjadi pengangkat batu yang upahnya tentu lebih besar disbanding upah sebagai pecangkul sawah.











Kaki anak sunda  

Enam tahun sudah aku duduk dibangku SD hari menjelang Ujian Nasional aka  dimulai aku dan teman-teman sibuk belajar kami takut jika kami tidak lulus apalagi kalo sampe lulusnya dapt nilai kecil ahh itukan sangat mengecewakan makanya aku da  teman-teman berusaha keras dalam belajar.
Ujian Nasional tiba juga aku dan teman-teman semuanya sudah siap berperang dengan soal dan nasib semuanya hening taka da lagi canda tawa semuanya pada tegangg seperti akan mendapatkan ponis penjara saja.
Setelah beberapa hari melaksanakan Ujian akhirnya selesai juga pengumuman kelulusanpun harus dihadiri oleh orang tua, dengan semangatnya ibu mendatangi sekolahku dengan berjalan kaki melewati jalan sawah setapak taka da kata males untuk menhadiri acara ini karna baginya ini adlah suatu kehirmatan bisa mengmabil suratt kelulusan anaknya.
Pembagian kelulusanpun dimulai satu demi satu otang tua wali dipanggil kedepan untuk mengambil surat kelulusan akhirnya namaku dipanggil juga dengan sigapnya ibu maju mengambil surat kelulusan lalu ibu duduk kembali disampingku dan membuka isi surat itu semuanya pada tegang aku dan teman-teman takut sekali tidak lulus, surat pu di buka tengtong dan alhamdulillahnya aku LULUS dengan senangnya aku peluk ibu ibupun mengelus-ngelus kepalaku,, ooohhh makasih ibu.








JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA
SASTRA SEBAGAI SEBUAH DISIPLIN ILMU

1. PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Ilmu
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1995: 373), Ilmu adalah pengetahuan atau kepandaian, baik tentang segala yang masuk jenis kebatinan maupun yang berkenan dengan keadaan alam. Sementara Komaruddin (1985: 39 –40) mengatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan hasil penelitian dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan yang memberikan pemahaman dan informasi tentang gejala-gejala alam dan sosial. Ilmu menjawab pertanyaan "mengapa" terjadi hubungan kausal (sebab-akibat), secara sistematis berdasarkan metodologi. Ilmu juga bersifat generalisasi. Sejalan dengan hal itu Gazalba (1991:40) mengatakan bahwa ilmu haruslah sistematis berdasarkan metodologi, dan berusaha mencapai generalisasi, sedangkan Sumantri (1994:237) mengatakan bahwa ilmu merupakan hasil karya perseorangan yang dikomunikasikan dan dikaji secara terbuka oleh masyarakat. Arthur Thomson (Gie, 2000) mendefinisikan ilmu sebagai pelukisan fakta-fakta pengalaman secara lengkap dan konsisten dalam istilah-istilah sesederhana mungkin. Maka ilmu mencari ilmu pengetahuan dari segi-segi tertentu, bidang-bidang khusus dengan obyeknya unsurunsur alam; benda-benda mati saja, tanaman saja, hewan saja, manusia saja. Ilmu juga mempelajari segi-segi tertentu kehidupan, mempelajari jurusanjurusan tertentu tentang hukum, hukum adat, hukum kriminil dan perdata, dan sebagainya. Ilmu hanya memberikan penjelasan khusus tentang fakta, sedangkan tentang penjelasan umum tentang obyek yang dipelajarinya diserahkannya kepada filsafat. Maka perhatian ilmu terpusat pada "bagaimana adanya", sedangkan tentang "bagaimana seharusnya" menjadi tugas filsafat menjelaskannya.

1.2 Syarat Ilmu Pengetahuan
Sesuatu untuk dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan ada syaratnya. Syaratnya ada tiga yaitu mempunyai ontologi, mempunyai epistemologi dan mempunyai aksiologi atau deontologi. Ontologi ada yang menyebutnya dengan istilah teori kebenaran. Ontologi adalah hakikat, inti, atau esensi. Ontologi membahas tentang hakikat, inti, atau esensi dari yang disebut pengetahuan atau dengan kata lain ontologi mengkaji tentang ‘realitas sejati’ dari pengetahuan. Maka, yang dipertanyakan dalam ontologi ini apakah hakikat atau inti atau esensi dari pengetahuan tersebut. Misalnya apakah hakikat, esensi dari sastra, apakah hakikat, esensi dari komunikasi, dan sebagainya.  Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan (Pranarka, 1987:3). Epistemologi mengkaji tentang validitas (keabsahan) dan batas-batas ilmu pengetahuan. Ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui proses tertentu, yang dinamakan metode keilmuan. Metode keilmuan ini ada dua pertama metode deduksi dan kedua metode induksi.  Aksiologi atau deontologi mengenai halhal yang normatif. Misalnya kegunaan ilmu. Manfaat atau kegunaan apakah yang dapat langsung dirasakan atau tidak langsung, sejauh mana dampak atau pengaruhnya terhadap manusia, dan sebagainya. 
1.3 Sifat Ilmu
Ilmu memiliki sifat sebagai berikut (Bawa, 2003:12-13): a. Bersifat akumulatif dan milik bersama. Artinya hasil dari setiap ilmu boleh dipakai oleh siapa saja.
b. Hasil ilmu tidak bersifat mutlak, artinya ilmu tidak terlepas dari kesalahan (bukan kesalahan metodenya)
c. Ilmu itu obyektif artinya, berdasarkan fakta dan atau faktual, bukan berasal dari intuisi pribadi, atau hal-hal yang gaib. Menurut Ralph Rose dan Ernest Van den Haag, bahwa sifat ilmiah adalah:
a. Rasional.
b. Bersifat empiris
c. Bersifat umum, dan
d. Ilmu bersifat akumulatif.

1.4 Simpulan
Hakikat ilmu adalah esensi, inti dari pengetahuan. Esensi atau hakikat ilmu bahwa ilmu mempunyai ontologi (hakikat atau esensi), mempunyai epistemologi (metode atau cara mendapatkan pengetahuan yang benar), sehingga jelas batasbatasnya antara ilmu pengetahuan yang satu dengan ilmu pengetahuan yang lainnya, dan mempunyai aksiologi (deontologi) yaitu kegunaan atau kemanfaatan ilmu pengetahuan. Sifat ilmu adalah kumulatif, tidak bersifat mutlak, obyektif, rasional, bersifat empiris, bersifat umum.
2.  PENGERTIAN SASTRA
Istilah sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa sansekerta; akar kata  sas biasanya menunjukkan alat, sarana. Maka itu sastra dapat berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran. Awalan  su berarti baik, indah, sehingga susastra dapat dibandingkan dengan belles-lettres (Teeuw. 1988:23). Apakah kesusastraan itu? Dalam Kamus Sinonim Bahasa Indonesia yang disusun oleh Kridalaksana (1977:154), sastra bersinonim dengan bahasa indah, pustaka, buku, persuratan. Kesusastraan bersinonim dengan literatur, kepustakaan, seni kata. Sastrawan bersinonim pujangga, pengarang, penyair. Dalam KUBI (1996:882) dijelaskan sastra adalah:
1 Bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai di kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari).
2 Karya tulis, yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya.
3 Kitab suci Hindu, kitab ilmu pengetahuan.
4 Pustaka; kitab primbon (berisi ramalan, hitungan, dan sebagainya)
5 Tulisan, huruf.
Sedangkan kesusastraan, karya tulis yang jika dibandingkan dengan yang lain, memiliki berbagai ketentuan seperti keaslian, keartisikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya.  kesastraan, perihal sastra (maknanya lebih luas daripada kesusastraan).  Î Sastrawan,
(1) ahli sastra,
(2) pujangga, pengarang prosa dan puisi,
(3) (orang) pandai-pandai, cerdik cendekia. 
Dalam Kamus Sastra yang ditulis oleh Sudjiman (1986), dijelaskan sastra, karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapan. Eagleton (1988:1-2) mengatakan kesusastraan adalah karya tulisan yang bersifat "imajinatif. Kesusastraan adalah sejenis karya tulisan yang mewakili suatu  keganasan 1 yang teratur terhadap pertuturan biasa. Kesusastraan mengubah dan memadatkan bahasa harian. Luxemburg, dkk. (1984:5,9) mengatakan kesusastraan merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi. Sastra bukanlah sebuah benda yang kita jumpai, sastra adalah sebuah nama yang dengan alasan tertentu diberikan kepada sejumlah hasil tertentu dalam suatu lingkungan kebudayaan.  Menurut Ahmad (1952:6) kesusastraan ialah himpunan segala sastera atau karangan yang indah, karangan yang baik. Kesusastraan atau seni sastra ialah segala pensahiran pikiran atau perasaan manusia dengan memakai alat bahasa, baik dengan lisan maupun tulisan yang memenuhi syarat-syarat kesenian. Sedangkan menurut Nasution, dkk (1973: 11) kesusastraan ialah segala karangan yang baik bentuk dan isinya, yang dimaksud bentuk dan isi ialah pemakaian bahasa dan teknik pengolahan sesuatu karangan, sedangkan isi, berarti pikiran atau ide yang dikemukakan. Kemudian berdasarkan Simposium Bahasa dan Kesusastraan Indonesia pada tanggal 25-28 Oktober 1966 (1967:184), diungkapkan kesusastraan adalah sebuah peristiwa seni yang memakai bahasa sebagai mediumnya.  
Di samping itu, sastra sebagai ilmu menurut Teeuw (1988:120) menunjukkan keistimewaan, barangkali juga keanehan yang mungkin tidak dapat dilihat pada banyak cabang ilmu pengetahuan lain yaitu obyek utama penelitiannya tidak tentu malahan tidak karuan. Sampai sekarang belum ada seorang pun yang berhasil memberi jawaban atas pertanyaan ilmu sastra; Apakah sastra?.
Melihat keluasan seperti yang dikemukakan oleh Teeuw tersebut, maka kemudian menurut Hutagalung "meskipun telah lama diterima sebagai ilmu dan diajarkan di perguruan tinggi, ilmu susastra (sastra, pen) masih diragukan kemurniannya sebagai ilmu, bahkan oleh ahlinya sendiri seperti Hudson dan Warren yang sudah menyusun buku pengantar untuk
1 Istilah keganasan ini adalah istilah Malaysia. Pengutipan di atas dikutip dari terjemahan dalam bahasa Malaysia. pemahaman susastra. Salah satu penyebab utama timbulnya masalah kemurnian ilmu susastra adalah karena obyeknya yakni karya sastra yang "licin dan cair"
2 Dengan bertolak dari pandangan di atas, permasalahan sebenarnya dapat disederhanakan menjadi dua bagian: Pertama sastra dalam pengertian: sastra sebagai karya imajinatif. Kedua sastra dalam pengertian seni bahasa (sebagai karya kreatif). Sastra sebagai karya imajinatif adalah rekaan, hasil konstruksi seorang pengarang sementara sastra sebagai seni bahasa adalah kreativitas. Jadi, sastra adalah kegiatan kreatif dan imajinatif. Sebagai kegiatan kreatif karya sastra adalah sebuah seni bahasa. Bersifat imajinatif, berarti kalaupun realitas yang disajikan sebuah karya sastra adalah sebuah realitas yang sungguhsungguh ada, seolah-olah dapat dijadikan studi sejarah misalnya, tetapi realitas seperti ini adalah realitas yang sudah dimodifikasi, direkonstruksi sipengarang berdasarkan kehendak hatinya (anutan rohaninya)
3 Dalam hal ini maka pendekatan karya sastra dapat dibagi atas dua bagian besar yang dikenal dengan pendekatan instrinsik dan ekstrinsik
4 Kedua pendekatan ini hanya terpisah dalam istilah saja. Pada kenyataannya antara pendekatan yang satu dengan yang lainnya saling mengisi, saling mendukung dalam memberi arti.
Di sinilah ketidakakuratan karya sastra dalam mengungkapkan realitas sosial. Dalam karya-karya sastra lama misalnya, lokasi kejadian kerap tidak jelas disebutkan saja di sebuah daerah antah  berantah. Menelaah realitas sosial seperti ini sejarah misalnya jelas sangat sulit, sebab data seperti ini tidak dapat menjawab satu atau dua W dari 4 W yaitu W (Where) di mana yaitu mengenai lokasi kejadian atau (When) kapan yaitu tahun berapa kejadian itu ada. Tetapi dalam karya-karya sastra moderen, walaupun realitas di dalam sebuah karya sastra moderen dapat menjawab 4 W di atas, tetapi karya sastra moderen juga tidak dapat dijadikan bahan studi sejarah, hal ini dikarenakan sifat karya sastra itu yaitu imajinatif. Realitas yang sesungguhnya kerapkali sudah dimanipulasi, direkonstruksi si pengarang untuk tujuan-tujuannya. Salah satu contoh ini adalah karya Williem Shakespeare yang berjudul  King Lear. Dalam sejarah tokoh  King Lear menang dalam peperangan, tetapi dalam karya Williem Shakespeare, tokoh  King Learmenderita kekalahan (Wiratmo Soekito. Kesusastraan dan Kekuasaan, majalah Prima, Maret 1979, hal 47-50). Ini berarti telah terjadi pemutarbalikan fakta. Mengapa Williem Shakespeare merekonstruksi fakta ini (baca diputarbalikkan), tentu ada maksud-maksud tersendiri.
5 Pendekatan instrinsik adalah pendekatan yang berdasarkan unsur-unsur yang membangun sebuah karya sastra itu dari dalam, misalnya sebuah puisi, maka yang dibicarakan antara lain, masalah rasa (feeling),  nada (tone), amanat/tujuan (intention), diksi (diction), imaji (imagery) dan sebagainya. Dalam prosa antara lain  plot, penokohan, latar dan sebagainya. Pendekatan ekstrinsik adalah pendekatan yang berdasarkan hal-hal yang mempengaruhi penciptaan karya sastra itu dari unsur luar seperti sejarah, perubahan sosial, ideologi (anutan rohani si penulis/pengarang) dan sebagainya.terhadap pemahaman sebuah karya sastra, bukan saling berbeda, sebab kalau pembicaraan terhadap sebuah karya sastra lebih ditekankan ke segi ekstrinsiknya, pembicaraan karya sastra menjadi lain, boleh jadi bukan lagi pembicaraan tentang kesusastraan. Menekankan ke bidang sosiologi misalnya, akan menjadi semacam uraian tentang sosiologi. Menekankan kepada bidang sejarah misalnya, akan menjadi semacam pembicaraan tentang sejarah. Jadi, walaupun pengertian sastra dan ilmu sastra samar-samar, setidak-tidaknya karya sastra mengandung tujuh unsur, yakni unsur
(1) kebahasaan,
(2) struktur  wacana,
(3) signifikan sastra,
(4) keindahan,
(5) sosial budaya,
(6) nilai, baik nilai filsafat, agama, maupun psikologi, serta
(7) latar kesejarahannya (Aminuddin, 1987: 51).

3. SASTRA SEBAGAI ILMU
3.1 Syarat Ilmu
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa sesuatu itu dapat digolongkan menjadi ilmu harus memiliki ontologi, epistemologi, aksiologi (deontologi). Pertanyaan kemudian, bagaimana ontologi sastra sebagai ilmu? Bagaimana epistemologi sastra sebagai ilmu dan bagaimana aksiologi atau deontologi sastra sebagai ilmu?
3.1.1 Ontologi Sastra
Apa yang menjadi ontologi atau hakikat atau inti sastra atau kesusastraan? Apakah Sastra atau kesusastraan itu seni atau bukan. Apakah Sastra atau kesusastraan itu media komunikasi atau bukan? Dengan terjawab hakikat sastra ini, maka semakin jelas terjawab masalah epistemologi sastra atau kesusastraan. Nyatanya hingga kini, apa ontologi sastra belum terjawab. Menurut pandangan penulis setidaknya ada lima ontologi atau hakikat atau esensi sastra sebagai ilmu pertama sastra sebagai bahasa, sastra sebagai seni, sastra sebagai komunikasi, sastra sebagai simbol artinya dibalik teks ada makna lain, dan sastra sebagai hiburan. Ontologi Sastra
Sastra Sebagai Bahasa
Sastra Sebagai Seni/Estetika
Sastra Sebagai Komunikasi
Sastra Sebagai Simbol
Sastra Sebagai Hiburan
Di sinilah keunikan sastra sebagai ilmu, sastra sebagai ilmu mempunyai lebih dari satu ontologi, hakikat, atau esensinya. Ontologi, hakekat, esensi yang berbeda, menghasilkan, atau memerlukan metode pengkajian yang berbeda pula. Hal inilah yang menyebabkan dalam tataran epistemologi, banyak metode pendekatan, pengkajian terhadap sastra.

3.1.2 Epistemologi Sastra
Berdasarkan lima ontologi sastra tersebut, maka epistemologi sastra itu, bergantung dari ontologi yang dipahami. Bila kita menganggap sastra sebagai bahasa, maka epistemologinya adalah ilmu-ilmu kebahasaaan. Bila kita menganggap sastra sebagai seni, maka epistemologinya adalah ilmu-ilmu kesenian. Bila kita menganggap sastra sebagai komunikasi, maka epistemologinya adalah ilmu komunikasi. Bila kita menganggap sastra sebagai simbol, maka epistemologinya adalah ilmu-ilmu tentang simbol. Bila kita menganggap sastra sebagai hiburan, maka epistemologinya adalah ilmu-ilmu kebudayaan populer. Ontologi Arahan Epistemologi
-Sastra Sebagai Bahasa Ilmu-Ilmu Tentang Kebahasaan,  Sastra Sebagai Seni Ilmu-Ilmu Tentang Seni dan Estetika
-Sastra Sebagai Komunikasi Ilmu-ilmu Tentang Komunikasi
-Sastra Sebagai Simbol Ilmu-Ilmu Tentang Simbol
-Sastra Sebagai Hiburan Kajian Budaya Populer Epistemologi Disiplin Ilmu yang Terkait         Ilmu-Ilmu Tentang Bahasa Semantik, Sintaktis dan sebagainya. 
Ilmu-Ilmu Tentang Seni Seni dan Estetika dan sebagainya. Ilmu-ilmu Tentang Komunikasi Ilmu Komunikasi dan sebagainya. Ilmu-Ilmu Tentang Simbol Hermenutika, Analisis Wacana, Simbolisme, Dekonstruksi dan sebagainya.
Kajian Budaya Populer Psikologi, Hedonisme dan sebagainya.
Penggunaan atau penerapannya tidak kaku, namun fungsional. kombinasi kelima ontologi tersebut, melahirkan epistemologi sastra seperti yang sudah digunakan selama ini seperti srukturalisme, mimesis, pragmatik, ekspresi, obyektif, emotif. analitis, historis, sosiopsikologis, didaktis, semantik, tradisional, intensional, general, komparatif, doktrin, sekuensi, tematik, evaluatif, judisial, induktif, impresionistik, sosiokultural, mitopeik, relativistik, absolustik, interprestasi, tekstual, lingusitik, biografis, perspektif, elusidatori, praktis, politik/ideologi, hedonisme, utilitarisme, vitalisme, humanisme, relegiusme, sosial budaya, artistik, eksistensialisme, dan sebagainya seperti semiotik, hermeneutika, sosiosastra (sosiologi sastra), intertektualitas, psikologi sastra, dekonstruksi, simbolisme.

3.1.3 Aksiologi (Deontologi) Sastra
Bagaimana asksiologi atau deontologi sastra? Bila mengikuti ontologi atau hakikat atau esensi sastra di atas, maka aksiologi atau deontologi sastra adalah:
1 Karya Sastra harus mencerminkan dan memupuk rasa keindahan.
2 Karya Sastra harus membimbing peradapan dan keutuhan bangsa.
3 Karya Sastra harus menuntun ke arah pembangunan rohani bangsa.
4 Karya Sastra harus memberikan penerangan bagi persoalan-persoalan dalam masyarakat.
5 Karya Sastra harus menciptakan ide-ide dan gagasan-gagasan baru.
6 Karya Sastra harus mampu memberikan hiburan bagi rakyat (penikmatnya). Maka yang menjadi aksiologi sastra adalah keenam unsur di atas. Soal apakah keenam unsur ini terdapat di dalam sebuah karya sastra atau tidak, menjadi masalah lain.

3.2 Empat Sifat Sastra sebagai Ilmu
Pendekatan terhadap karya sastra dapat dibagi atas dua bagian besar yang dikenal dengan pendekatan instrinsik dan ekstrinsik. Kedua pendekatan ini hanya terpisah dalam istilah saja. Pada kenyatannya antara pendekatan yang satu dengan yang lainnya saling mengisi, saling mendukung dalam memberi arti terhadap pemahaman sebuah karya sastra. Namun studi sastra sebagai bagian dari cabang ilmu pengetahuan, mempunyai empat sifat: 
No Sifat Penjelasan
1 Kumulatif. Sastra sebagai ilmu bersifat kumulatif.
Artinya sastra sebagai ilmu tidaksekaligus jadi, tetapi dibentuk berdasarkan kajiankajian atau penelitianpenelitian sebelumnya. Teori-teorinya selalu disempurnakan, ditambah, diperbaiki sehingga mampu menampung dinamika yang tumbuh di dalam sastra itu sendiri. Sebagai contoh semakin bervariasinya pendekatan-pendekatan terhadap karya sastra menunjukkan kepada kita pendekatan-pendekatan tersebut mencoba menampung dinamika yang berkembang yang terdapat pada sebuah karya sastra, artinya kelemahan pendekatan yang satu dicoba tampung pada pendekatan yang lainnya
Dalam hubungan ini dipergunakan istilah pendekatan, alasannya, ada anggapan, sehebat apapun ilmu bantu yang dipergunakan seseorang untuk memahami sebuah karya sastra, seseorang itu tetap tidak dapat menangkap apa yang dimaksudkan si penulisnya. Apa yang dilakukan oleh seorang kritikus misalnya tidak lebih hanya sebatas tafsiran berdasarkan tanda-tanda yang terdapat di dalam karya sastra tersebut. Yang dapat menangkap maksud sesungguhnya dari sebuah karya sastra hanyalah pengarangnya sendiri.
2 Empiris Berdasarkan sifat kumulatifnya, maka sastra
sebagai ilmu didasarkan kepada penelitian dan pengkajian sebelumnya. Kenyataan atau realitas karya sastra tidak saja bersifat fakta tetapi juga faktual
3 Teori Sastra sebagai ilmu mempunyai teori. Teori ini disusun berdasarkan penelitian dan kajian terhadap karya-karya sebelumnya. 
4 Tidak Terlibat ke dalam Masalah Moral Artinya dalam upaya memahami dan menjelaskan sebuah karya sastra, sastra sebagai ilmu tidak menilai dari segi moral seperti buruk dan baik, atau hitam-putih.  Jadi, sastra sebagai disiplin ilmu, berdiri dan sejajar dengan disiplin ilmu lain. Sedangkan kemandirian sastra sebagai ilmu-sastra, bergantung kepada dinamika yang terdapat di dalam karya sastra tersebut, sebab (karya) sastra itu dapat dilihat, didekati, dibicarakan dari berbagai sudut dan kepentingan. Namun sastra sebagai kajian, atau kritik, mungkin sulit melepaskan dirinya dari penilaian baik dan buruk.
Dalam pengertian ini, walaupun realitas sebuah karya sastra dapat dimasukkan ke dalam  gambaran sesungguhnya dari sebuah kenyataan yang terjadi di tengah-tengah perjalanan peradapan manusia (sejarah misalnya) (tersurat), tetapi kecenderungan karya sastra adalah mencoba menggambarkan bukan realitas  yang sesungguhnya, ada makna lain (tersirat). Karya sastra yang mengandung unsur sejarah misalnya, kerapkali tidak dapat menjawab 4 W (What=apa, When=apabila, Who= siapa, dan Where=di mana), dari yang dituntut untuk menentukan fakta. Adapun beberapa pendekatan yang lazim dipergunakan dalam pemahami karya sastra antara lain, ilmu sosiologi, melahirkan sosiologi sastra, psikologi melahirkan psikologi sastra sejarah dan politik, filsafat, strukturalisme, semiotik, dan lainnya. Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa sastra itu bukan bagian dari bahasa walaupun sastra mempergunakan bahasa sebagai medianya. Demikian juga halnya dengan disiplin ilmu sastra, disiplin ilmu sastra bukan bagian dari ilmu bahasa (linguistik). Hubungan antara ilmu sastra dengan ilmu bahasa saling melengkapi, bukan saling menaklukkan. Sastra memberi arti kepada bahasa dan bahasa juga memberi arti kepada sastra. Anggapan yang keliru yang menganggap sastra dan bahasa satu, bukan saja merugikan bagi kemajuan disiplin ilmu sastra itu sendiri, tetapi juga merugikan kepada banyak bidang terkait, termasuk merugikan bagi pengembangan disiplin ilmu secara umum. Sebab pengembangan ilmu sastra sebagai sebuah disiplin ilmu tidak akan mampu mengarah kepada dinamika yang diperlukan oleh dinamika yang berkembang di dalam karya sastra itu sendiri. Sastra adalah bagian dari kebudayaan bukan bagian dari bahasa. Sastra sebagai bagian dari kebudayaan harus dilihat dalam pengertian luas yang berdimensi multi, sebab kalau tidak demikian, kita tidak akan pernah memahami alasan-alasan yang diberlakukan misalnya oleh Kejaksaan Agung ketika melarang buku-buku fiksi tertentu, atau memahami polisi dalam tidak memberikan izin terhadap pementasan-pementasan seperti baca puisi. Sumbangan karya sastra sebagai karya fiksi dalam menghumanisasikan kehidupan memang bagus, namun sumbangan sastra sebagai ilmu bagi pengembangan interdisiplin juga menjadi penting di masa depan.


4. KESIMPULAN
Dari segi ontologi, ontologi sastra sebagai ilmu itu, mempunyai lima inti atau hakikat yaitu sastra sebagai bahasa, sastra sebagai seni, sastra sebagai komunikasi, sastra sebagai simbol, dan sastra sebagai hiburan.
Dari segi epistemolgi melahirkan banyak metode mengkaji sastra. Misalnya, strukturalisme, semiotik, hermeneutika,  sosiosastra (sosiologi sastra), intertektualitas, psikologi sastra, dekonstruksi, simbolisme, postrukturalis, posmoderenis, analisis wacana, realisme, mimesis, pragmatik, ekspresi, obyektif, parafrastis, emotif, analitis, historis, sosiopsikologis, didaktis, semantik, tradisional, intensional, eksistensional, general, partikular, komparatif, doktrin, sekuensi, tematik, evaluatif, judisial, induktif, impresionistik, sosiokultural, mitopeik, relativistik, tekstual, lingusitik, elusidatori, politik/ideologi, dan sebagainya. Dari segi aksiologi atau deontologi: 
1 Karya sastra harus mencerminkan dan memupuk rasa keindahan.
2 Karya sastra harus membimbing peradapan dan keutuhan bangsa.
3 Karya sastra harus menuntun kearah kemajuan rohani bangsa.
4 Karya sastra harus memberikan penerangan bagi persoalan-persoalan dalam masyarakat.
5 Karya sastra harus menciptakan ide-ide dan gagasan-gagasan baru.
6 Karya sastra harus mampu memberikan hiburan bagi rakyat (penikmatnya).














DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 1987.  Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Penerbit C.V. Sinar Baru. Eagleton, Terry. 1988.  Teori Kesusastraan Suatu Pengenalan, terjemahan Muhammad Hj. Saleh. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia. Gazalba, Sidi. 1991. Sistematika Fisafat, Buku I, II dan III. Jakarta: Bulan Bintang. Gie, The Liang. 2000.  Pengantar Filsafat Ilmu.Yogyakarta: Penerbit Liberty. Hardiyanto, Soegeng.  Metodologi Keilmuan: Pengenalan Awal Sebuah Pemahaman Kamus Umum Bahasa Indonesia. 1995.  Komaruddin. 1985.  Kamus Istilah Skripsi dan Tesis. Penerbit: Angkasa Bandung. Luxemburg, Jan van, dkk.1984.  Pengantar Ilmu Sastra, terjemahan Dick Hartoko. Jakarta: PT. Gramedia. Muhadjir, Neong. 2001. Filsafat Ilmu, Positivisme, Post Positivisme dan Post Modernisme.Yogyakarta: Rakasarosin. Munawir, Wahyudin.  Netralitas Ilmu dalam Sorotan. http://www.istecs.org/Publication/ISLAM96/islam_1722.html (7/2/2003) Mundiri. 2000. Logika. Jakarta: Rajawali Pers. Pranarka, A.M.W. 1987.  Epistemologi Dasar Suatu Pengantar. Jakarta: CSIS. Rene Wellek dan Austin Warren, 1989.  Teori Kesusastraan. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia. Sudjiman, Panuti. 1986.  Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Penerbit Gramedia, Jakarta. Sumantri, Jujun S. 1994.  Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan. Sumardjo, Jakob. 2000.  Filsafat Seni. Bandung: ITB Bandung. Teeuw, A. 1988.  Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya - Girimukti Pasaka. Universitas Sumatera Utara